Davos 2025: Industries in the Intelligent Age

World Economic Forum Annual Meeting 2025 yang berlangsung di Davos menjadi ajang penting bagi para pemimpin global, inovator, dan pakar teknologi untuk berdiskusi tentang dampak dan masa depan Artificial Intelligence (AI). Dengan tema besar “Industries in the Intelligent Age”, pertemuan ini menggali lebih dalam bagaimana AI, quantum computing, dan teknologi edge merevolusi industri dan mengatasi tantangan global.

1. Tantangan Utama dalam Adopsi AI

AI semakin menjadi prioritas strategis bagi banyak organisasi, terutama karena potensinya yang besar untuk meningkatkan efisiensi, mendukung inovasi, dan menciptakan solusi untuk berbagai masalah global. Namun, salah satu isu utama yang muncul adalah fakta bahwa hanya 15% organisasi yang berhasil mengadopsi AI hingga tahap skala besar. Sebagian besar lainnya masih terjebak pada tahap percobaan (pilot) atau uji coba konsep (proof of concept).

Beberapa alasan yang menghambat adopsi skala besar ini meliputi:

  • Keterbatasan infrastruktur teknologi;
  • Kekurangan tenaga ahli yang memahami cara kerja AI secara mendalam;
  • Kurangnya strategi yang jelas untuk mengintegrasikan AI ke dalam model bisnis.

Diskusi ini menggarisbawahi pentingnya pendampingan, pembelajaran berkelanjutan, dan inovasi yang dapat diakses oleh lebih banyak organisasi di seluruh dunia.

2. Perlunya Standar Global untuk AI

Tantangan besar lainnya dalam pengembangan AI adalah kebutuhan akan standar global yang jelas. Para pemimpin di Davos menekankan bahwa tanpa regulasi dan tata kelola yang tepat, AI dapat menjadi pedang bermata dua.

Abhijit Dubey, CEO NTT DATA, menyebutkan beberapa risiko yang harus segera diatasi:

  • Efisiensi energi: AI memerlukan data center yang mengonsumsi energi besar, sehingga perlu inovasi teknologi yang lebih ramah lingkungan.
  • Ancaman deepfake: Teknologi ini dapat digunakan untuk menyebarkan informasi palsu secara masif, mengancam stabilitas sosial dan politik.
  • Perlindungan hak kekayaan intelektual: Dengan AI yang semakin maju, perlu ada mekanisme yang melindungi karya cipta dari pencurian dan penyalahgunaan.

Standar global dianggap penting untuk memastikan bahwa AI tidak hanya berkembang secara cepat, tetapi juga secara bertanggung jawab dan aman.

3. AI dan Tantangan Energi Global

Dalam sesi diskusi, salah satu isu yang paling banyak dibahas adalah dampak AI terhadap konsumsi energi. Dengan semakin luasnya penggunaan AI, diperkirakan bahwa pusat data akan menghabiskan lebih dari 1.000 TWh energi per tahun pada 2026. Angka ini setara dengan konsumsi energi seluruh Jepang saat ini.

Tantangan ini memunculkan urgensi untuk menciptakan inovasi yang lebih hemat energi, seperti:

  • Mengembangkan perangkat keras AI yang lebih efisien;
  • Memanfaatkan sumber energi terbarukan untuk mendukung infrastruktur teknologi;
  • Menerapkan kebijakan keberlanjutan di semua level adopsi AI.

4. AI untuk Kebaikan Sosial: Sorotan AI House

Salah satu momen menarik di Davos 2025 adalah kehadiran AI House, sebuah acara sampingan yang menjadi pusat diskusi dan inovasi terkait AI. AI House menampilkan sesi-sesi inspiratif tentang bagaimana AI digunakan untuk menciptakan dampak positif di berbagai sektor, seperti:

  • Pendidikan: AI digunakan untuk menyediakan pembelajaran yang lebih personal dan inklusif;
  • Kesehatan: AI membantu mendiagnosis penyakit lebih cepat dan mengembangkan pengobatan yang lebih efektif;
  • Keberlanjutan: AI digunakan untuk memantau perubahan iklim, mengelola sumber daya, dan mendukung pembangunan berkelanjutan.

Sesi “AI for Good” menjadi salah satu sorotan utama, di mana kisah sukses proyek AI yang mendukung inovasi sosial dari berbagai negara dipresentasikan.

5. Dampak AI pada Dunia Kerja

Diskusi tentang AI di Davos juga menyoroti dampaknya pada tenaga kerja global. Marc Benioff, CEO Salesforce, berbicara tentang bagaimana AI harus dilihat sebagai alat kolaborasi yang memperkuat manusia, bukan sebagai ancaman.

Benioff menekankan pentingnya:

  • Upskilling: Memberikan pelatihan baru untuk tenaga kerja agar mampu beradaptasi dengan teknologi AI;
  • Budaya belajar terus-menerus: Organisasi perlu menciptakan lingkungan yang mendorong inovasi dan pembelajaran;
  • Kolaborasi manusia dan mesin: AI bukan untuk menggantikan manusia, melainkan membantu manusia bekerja lebih efektif.

6. Kolaborasi Global untuk Masa Depan AI

Poin penting lainnya di Davos adalah urgensi kolaborasi lintas negara untuk memaksimalkan potensi AI. Para pemimpin sepakat bahwa hanya dengan bekerja sama, AI dapat digunakan untuk menghadapi tantangan global seperti:

  • Perubahan iklim;
  • Krisis kesehatan publik
  • Ketimpangan ekonomi.

Kolaborasi ini mencakup pembentukan kerangka kerja bersama untuk tata kelola AI, pengembangan teknologi yang inklusif, dan pertukaran pengetahuan antarnegara.

Kesimpulan

Davos 2025 menjadi tonggak penting dalam diskusi tentang AI. Teknologi ini bukan hanya alat inovasi, tetapi juga sebuah perubahan paradigma yang mengubah cara manusia hidup, bekerja, dan berinteraksi.

Pertemuan ini menggarisbawahi bahwa keberhasilan AI tidak hanya bergantung pada kecepatan adopsi, tetapi juga pada tanggung jawab, keberlanjutan, dan kolaborasi global. Dengan komitmen bersama, AI dapat menjadi kekuatan yang membawa manfaat bagi semua lapisan masyarakat.

Baca Juga: Gebrakan Baru Genesist! Kali ini jadi Personal Marketing Planner!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *