AI di Indonesia: Laporan PUSAKA 2025 Ungkap Tren, Tantangan, dan Masa Depan Agentic AI

Pusaka AI Report

PUSAKA – AI Progress Report 2025 dari Soca AI mengungkapkan bagaimana kecerdasan buatan (AI) membentuk masa depan dunia usaha dan teknologi di Indonesia. Laporan ini menyoroti pergeseran dari AI konvensional menuju Agentic AI, serta bagaimana Indonesia bisa menjadi pemain utama di kawasan Asia Tenggara.

Apa Itu Agentic AI?

Banyak orang mengenal AI sebagai chatbot atau alat otomatisasi sederhana. Namun, Agentic AI adalah lompatan besar selanjutnya. Agentic AI bukan hanya mengeksekusi perintah, tapi bisa merencanakan, bertindak, dan beradaptasi layaknya rekan kerja digital.

Contohnya adalah Manus AI, sistem canggih yang mampu mengintegrasikan 29 alat dan menjalankan tugas kompleks secara mandiri. Ini menunjukkan masa depan AI bukan hanya pintar, tapi juga otonom dan kolaboratif.

Tren AI Global: Dari Model Terbuka ke Multimodal

Sejak kemunculan ChatGPT, banyak model AI canggih bermunculan seperti Gemini, Claude 3, dan Llama 2. Di Asia, model seperti Qwen 3 dari Alibaba dan DeepSeek R2 dari Tiongkok menunjukkan performa tinggi dan adopsi luas, bahkan mengalahkan beberapa model tertutup.

Saat ini, fokus tidak lagi hanya pada ukuran model, tetapi pada kemampuan multimodal—AI yang bisa memahami teks, gambar, suara, hingga video secara bersamaan.

Tantangan Adopsi AI di Perusahaan

Soca AI juga menyoroti berbagai tantangan adopsi AI di dunia usaha, seperti:

  • Kurangnya kolaborasi antar industri
  • Kesulitan integrasi AI dengan sistem lama
  • Isu keamanan data dan kepatuhan regulasi

Tanpa kerja sama antara startup, korporasi, dan pemerintah, adopsi AI akan berjalan lambat. Diperlukan ekosistem yang saling mendukung untuk menghasilkan solusi nyata.

Studi Kasus: TELIN dan Soca Genesist

TELIN (Telekomunikasi Indonesia Internasional) telah menerapkan lebih dari 15 use case AI nyata, dari operasional hingga layanan pelanggan. Bersama Soca AI, TELIN menggunakan Genesist, LLM on-premise yang dirancang untuk memenuhi standar keamanan dan skalabilitas enterprise.

Hasilnya? Proses bisnis yang lebih efisien dan pengalaman pelanggan yang lebih personal.

Era Builder: Siapa Saja Bisa Bangun AI!

Dengan hadirnya platform no-code AI, siapa saja kini bisa menjadi “Builder” AI. Tools seperti n8n dan Flowise memungkinkan orang non-teknis membangun solusi AI sendiri, hanya dengan drag-and-drop atau menulis prompt.

Soca AI Studio pun menyediakan ekosistem lengkap untuk membangun AI berbasis suara, teks, hingga multimodal. Inklusivitas dalam AI bukan lagi cita-cita—tapi kenyataan.

WhatsApp Economy dan ChatGPT Populer di Indonesia

Indonesia jadi salah satu negara dengan adopsi AI tercepat di Asia Tenggara. ChatGPT digunakan oleh 71% pengguna AI, terutama Gen Z dan milenial. Selain itu, Indonesia mengalami lonjakan penggunaan AI di WhatsApp, atau yang disebut “WhatsApp Economy”.

Contohnya, Payoo Mart di Bandung menggunakan bot AI di WhatsApp yang bisa memahami bahasa daerah seperti Sunda. Hasilnya, proses order jadi cepat, minim kesalahan, dan tetap terasa personal.

Kesimpulan: AI Bukan Lagi Masa Depan, Tapi Hari Ini

Laporan PUSAKA 2025 menegaskan bahwa AI kini telah masuk ke tahap implementasi nyata di Indonesia. Soca AI hadir dengan dua solusi utama:

  • AI Studio tanpa coding: untuk bangun chatbot dan voicebot dalam hitungan menit.
  • LLM Genesist on-premise: untuk perusahaan yang butuh keamanan, kontrol, dan fleksibilitas penuh.

Dengan visi memberdayakan semua orang untuk membangun AI, Soca AI mendorong transformasi digital yang lebih inklusif, aman, dan berdampak.

Ingin Tahu Lebih Dalam?

Unduh laporan lengkap PUSAKA – AI Progress Report 2025 dalam bentuk PDF dan pelajari bagaimana perusahaan Indonesia membangun masa depan dengan Agentic AI.

👉 Klik di sini untuk mengunduh laporannya

Baca Juga: Kerja Sekarang Gak Perlu Ribet! Ini 5 Tugas yang Bisa Diserahkan ke AI!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *